Breaking News

Perjalanan Cinta Pengusaha Kain

Jadi gini, di malam takbiran yang hujan rintik-rintik dan becek ini, saya putusin untuk hanya dirumah bantu buat kue. padahal mah alasannya alasannya yaitu ga ada temen buat keluar aja. ya emang gitu, jomblo punya seribu satu alasan buat membela diri. 

Ngidupin Tv ga ada program bagus, terus saya terpikir untuk mengasah kemampuan menulisku. Kemudian saya ngeBM si Sindy, sobat yang juga suka menulis untuk lomba nulis cerpen. jadi rulesnya, kita saling melempar tema, temanya itu terdiri dari kata benda, sifat dan kerja. dan kebetulan saya sanggup tema Putus, Sayang, Kain. dan inilah jadinya : 

Perjalanan Cinta Pengusaha Kain

Tejo dan Surti yaitu dua dewasa yang sudah dekat semenjak kecil yang tidak terpisahkan. Hari-hari selalu mereka lewatkan bersama setiap hari. Bermain, bercanda dan tertawa. Ada yang unik, bahwa mereka berdua terlahir oleh nasib yang berbeda. Tejo yaitu anak seorang pengusaha kain batik yang sukses di kotanya. Sedangkan Surti hanya memiliki ibu yang bekerja di perusahaannya ayah Tejo. Tapi hal itu tidak menjadi hambatan bagi dua sahabat ini. 

Suatu malam yang sepi tanpa bintang, Tejo dan Surti terjebak oleh hujan lebat disuatu teras ruko yang tidak berpenghuni. Tidak ada kata yang terucap, mereka saling menggigil menahan dinginnya malam itu.
Sampai akibatnya Tejo membuka bunyi "Surti, Ada yang ingin saya katakan". 

Surti hanya memandang Tejo tanpa berkata. Lalu Tejo meneruskan kalimatnya "Besok, saya mau pindah keluar kota, ayahku ingin ngembangin bisnisnya disana". 

"Yabagus dong, terus kau kapan balik?" Jawab Surti. 

"Kayanya... saya akan usang tinggal disana" Tejo mulai menatap dalam mata Surti. Namun Surti tidak menjawab, beliau memalingkan mukanya. Tejo meneruskan kalimatnya "Tapi saya janji kita bakal jumpa lagi, saya janji saya ga akan lupain kamu, saya nggak mungkin lupain kamu". Surti hanya menangis mendengarkan ucapan Tejo, kemudian berlari menembus derasnya hujan. Tak sengaja Surti menjatuhkan kain slendang batik miliknya. Lalu Tejo mengambil kan itu dan menjadikannya kenang2an untuk mengingat Surti. 

Keesokan harinya, Tejo sudah berada di bandara yang ingin pergi keluar kota bersama keluarganya. Tejo tampak menunggu sesuatu. Ya, sudah niscaya Tejo mengharapkan kedatangan Surti. Tejo mengharapkan kata-kata perpisahan dari Surti. Namun hingga pesawat hendak berangkat, Surti belum juga datang. Tejo hanya pasrah. Berharap sahabat terbaiknya itu kelak tidak akan lupa dengannya. 


Hari-hari berlalu begitu cepat. Tejo mulai membiasakan dirinya melewati hari-hari tanpa surti. Tidak ibarat di kotanya dulu, dsini Tejo banyak menerima sobat baru. Tidak demikian dengan Surti, setiap hari, Surti selalu memikirkan Tejo dan berharap Tejo cepat kembali untuk memenuhi janjainya. Usaha untuk menanyakan kabar Tejo juga sudah beliau lakukan, beliau mengirim surat melalu burung dara yang ia beli dari uang tabungannya, tapi apalah daya, impian tak sesuai kenyataan. tak ada tanggapan apapun dari Tejo. Mungkin suratnya jatuh ntah kemana. 

Dan dikala umur mereka menginjak 22 tahun, Tejo sedang mengerjakan kiprah final kuliahnya dan akan meneruskan perjuangan kain batik milik Ayahnya. Sedangkan Surti, semenjak tamat Sekolah Menengan Atas sudah harus bekerja menjadi penjahit keliling untuk menafkahi keluarganya alasannya yaitu kondisi ibunya yang dikala ini sedang sakit-sakitan. Surti tidak melanjutkan sekolahnya ke universitas alasannya yaitu tidak memiliki biaya. 

Hingga pada suatu dikala Tejo pulang ke kampung halamannya dan menjadi Direktur perusahaan milik ayahnya. Tejo juga sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan salah seorang anak sobat Ibunya. Namanya Inem. Tejo sama sekali tidak sepakat dengan pertunangan ini, alasannya yaitu ia sama sekali tidak menyayangi Inem. Dan Tejo juga masih mencari dimana cinta pertamanya. Tejo sudah pergi ke rumah lamanya Surti, namun tidak ada. Ya, Surti telah menjual rumahnya untuk biaya obat Ibunya dan pindah ke rumah yang lebih sederhana. 

Tejo terus mencari dimana keberadaan Surti. Hingga pada suatu siang. Tejo dan Inem sedang sibuk jalan-jalan untuk mengurusi kesepakatan nikah yang telah direncanakan orang bau tanah mereka. Kemudian tak sengaja kendaraan beroda empat mereka menyerempet gerobak jahit. Cewek itu yaitu Surti. Tejo pun turun untuk menolong cewek itu, ternyata mereka berdua sudah tidak saling kenal. Tejo pribadi membawa cewek tersebut ke Rumah Sakit, untuk mengobati sedikit luka akhir terjatuh. 

"sayang, ngapain harus repot-repot sih, tinggal kasih uang aja kan beres. masih banyak yang harus kita kerjain. kesepakatan nikah kita sebentar lagi loo" Inem merengek manja ke Tejo. 

"Kamu ini kenapa sih? mikirin kesepakatan nikah terus, yaudah kau aja yang ngurusin" Tejo membentak, Inem diam. Tamat. eh belum deng. 

Kemudian Tejo masuk ke dalam ruangan dimana Surti di rawat. Sedangkan Inem pulang. Tejo mulai mengingat siapa cewek yang barusan ditabraknya. Tejo juga sudah menerka bila cewek itu yaitu Surti, namun beliau masih tidak percaya dan enggan untuk bertanya. Sedangkan Surti nggak ingat sama sekali. Mungkin amnesia. 

Tiba-tiba HP Tejo berdering. Tejo keluar untuk mengangkat telfon. "Haloo yah".. 
"Kamu ini gimana sih? kenapa kau ngebatalin untuk ngurusin kesepakatan nikah kau sama Inem?" 

"Aku kan udah berulang kali bilang sama ayah, Tejo nggak suka dijodohin sama inem, atau ayah aja yang nikah sama inem, udah yaa, Tejo lagi sibuk" tuttt...tuuutt...tuuuttt. telpon terputus. 

Tejo kembali masuk ke ruangan dan mulai memberanikan membuka percakapan "kamu udah baikan?" 
"udah kok, udah nggak papa, saya udah bisa pulang". Surti mencoba kuat. 
"Yaudah saya antar kau pulang ya" tawar Tejo. 
"Eh nggak usah, saya bisa sendiri kok" Surti mencoba berdiri dari kawasan tidur. Dan dikala mencoba bangkit, tak sengaja Surti melihat kain selendang batik yang pernah di jahit oleh ibunya, kemudian ia mengambilnya dari saku celana Tejo. 

"kamu...., kau Tejo?" kata Surti tak percaya. 
"Aku sudah duga, Kamu niscaya Surti? saya sudah mencari kau kemana-mana, saya nggak nyangka kita ketemu lagi di kejadiaan kaya gini" dan blablabla. Tejo akibatnya mengantar Surti pulang dan mereka kisah banyak ihwal masa kemudian mereka dikala kecil. 

"Tejo, makasih ya kau udah nepati janji kamu. janji yang kau bilang kalo kau akan nemuin saya lagi" 

"Surti, saya nggak ingin melewatkan kesempatan lagi, saya nggak mau kehilangan kau lagi. saya ingin segera menikahi kamu" 

bentar bentar, kok ini udah kepanjangan yaa -_-. kok gue kaya nulis script FTV. maklumin deh gres belajar. sepakat gue singkat aja ya, agar kalian ga bosen juga. 

keesokan harinya, Tejo pribadi mengenalkan Surti pada orang tuanya, dan meminta orang tuanya untuk melamar Surti. Tapi, Orang bau tanah Tejo membantah keputusan itu dan tetap menyuruh Tejo untuk menikahi Inem. Surti yang ada di ruangan itu pribadi pulang sambil menangis, ia tak nyangka bahwa kisah cintanya tidak semulus paha cherybelle. 

Dan pada akibatnya kisah cinta Tejo dan Surti harus terputus dan terhalang oleh restu orang tua. Tejo pun harus terpaksa menikahi Inem dan berusaha melupakan Surti. Namun baginya itu hal yang mustahil. alasannya yaitu ia berjanji akan terus menyayangi Surti. 

The End

Ah saya merasa gagal, ini cerpen apaan panjang banget. Ya namanya juga belajar. Koment di kolom komentar yaa. daah. 


No comments